Ringkasan Tulisan dari:
Potret Sejarah Pukul Sapu di
Negeri Mamala
BUDAYA DAN PERADABAN ISLAM
DI PULAU AMBON
Oleh: Husen Assagaf
Dalam tataran rana budaya
lokal Islam di Ambon terjadi konfigurasi antar agama dan budaya yang melahirkan
Upacara
Ritual Ukuwala Mahiat (Acara Pukul Sapu), Sebagai sebuah kearifan lokal (local
wisdom) dari masyarakat negeri Mamala terutama para pemimpinnya yakni Imam
Tuny, Latuliu, dan Patty Tiang Bessy (Patty Tembessy). Peranan Imam Tuny
sebagai seorang tokoh agama dan ulama yang menyelesaikan persoalan kehidupan
sosial keagamaan dengan jalan mistisisme Islam. Dan dengan kesabaran dan
kekuatan spritualitasnya, ia dapat membuka tabir antara makhluk dan Sang Khalik
untuk memohon dan berdoa kepada-Nya. Sebuah pengalaman keagamaan ( religious
experience) oleh Imam Tuny menghadirkan nilai-nilai Ketuhanan (teosentris)
dalam mewarnai Upacara Ritual Ukuwala Mahiate (Acara Pukul Sapu). Dengan demikian,
maka nilai-nilai ketuhanan (teosentris) dapat dibumikan dalam budaya-budaya
Islam (antroposentris). Kehidupan masyarakat Islam sudah terintegrasi dengan
kultural lokal dan praktek keagamaan yang masih ditemukan di dunia Islam hingga
kini. Kehidupan keagamaan ini juga ditemukan di daerah-daerah Islam di Timur
Tengah dan daerah-daerah Islam di Indonesia.
"Peranan Imam Tuny sebagai seorang tokoh agama dan ulama yang menyelesaikan persoalan kehidupan sosial keagamaan dengan jalan mistisisme Islam. Dan dengan kesabaran dan kekuatan spritualitasnya, ia dapat membuka tabir antara makhluk dan Sang Khalik untuk memohon dan berdoa kepada-Nya."
Agama sebagai wahyu yang
diturunkan Tuhan untuk manusia, fungsi dasar nya adalah memberi orientasi,
motivasi dan membantu manusia untuk mengenal dan menghayati sesuatu yang sakral
lewat pengalaman beragama (reiegious experience) yang dengan itu manusia
menjadi memiliki kesanggupan, kemampuan dan kepekaan rasa untuk mengenal dan
memahami eksistensi Sang Ilahi. Menurut Harun Nasution, unsur-unsur penting
yang terdapat dalam agama adalah : 1. Kekuatan gaib; manusia merasa
dirinya lemah dan berhajat kepada kekuatan gaib itu sebagai tempat minta
tolong. 2. Keyakinan manusia bahwa kesejahteraan di dunia ini dan
hidupnya di akhirat tergantung pada
adanya hubungan baik dengan kekuatan gaib. 3. Respons yang bersifat
emosional dari manusia. Respons itu bisa mengambil bentuk perasaan takut . 4.
seperti yang terdapat dalam agama-agama primitif atau perasaan cinta seperti
yang terdapat pada agama-agama monotisme.
5. Paham adanya yang kudus (sacred) dan suci, dalam bentuk
kekuatan gaib.
Menurut Koentjaraningrat,
religi memang merupakan bagian dari kebudayaan (menghindari istilah agama dan
memakai istilah religi yang lebih netral) dan juga ada yang mengatakan bahwa
agama adalah semua sistem religi. Koentjaraningrat sepaham dengan Emile Durkeim
mengenai dasar-dasar religi yang dituangkan dalam bukunya Les Formes
Elementaires De la Vie Religieu se (1912). Menurut Koentjaraningrat, tiap
religi merupakan suatu sistem yang terdiri dari empat komponen, yaitu: 1.
Emosi keagamaan, yang menyebabkan manusia itu bersikap religius. 2. Sistem
keyakinan, yang mengandung segala keyakinan serta bayangan manusia tentang
sifat-sifat Tuhan, tentang wujud alam gaib (supernatural) serta segala nilai,
norma dan ajaran dari religi yang bersangkutan. 3. Sistem ritus dan
upacara yang merupakan usaha manusia untuk mencari hubungan dengan Tuhan,
dewa-dewa atau makhluk-makhluk halus yang mendiami alam gaib. 4. Umat
atau kesatuan sosial yang menganut sistem keyakinan tersebut dan melaksanakan
sistem ritus dan upacara.
Goody mendefinisikan ritual
sebagai suatu katagori adat perilaku yang dibakukan, dimana hubungan antara
sarana-sarana dengan tujuan tidak bersifat intrinsik, dengan kata lain,
sifatnya entah irasional atau nonrasional. Ritual dapat dibedakan menjadi empat
macam yaitu : 1. Tindakan Magi, yang dikaitkan dengan penggunaan bahan-bahan
yang bekerja karena daya-daya mistik, 2.
Tindakan religius, kultus para leluhur, juga bekerja dengan cara ini, 3.
Ritual konstitutif, yang mengungkapkan atau mengubah hubungan sosial dengan
merujuk pada pengertian-pengertian mistis, dengan cara ini upacara kehidupan
menjadi ikhlas, 4. Ritual
faktitif, yang meningkatkan produktivitas atau kekuatan, atau pemurnian dan
perlindungan, atau dengan cara lain meningkatkan kesejahteraan materi kelompok.
Dari teori Goody di atas, maka Acara Pukul Sapu / ukuwala mahiate dapat dikatagorikan pada
jenis ritual; tindakan magi, tindakan religius, dan ritual konstitutif. Pada
ritual tindakan magi digunakan bahan-bahan di antaranya yakni sapu lidi
(ukuwala) dan minyak Mamala / minyak kelapa (nyuwalai). Pada ritual tindakan
religius, upacara ini dihubungkan dengan ibadah puasa Ramadhan dan puasa
Syawal, dan masjid dijadikan sebagai sesuatu yang melahirkan ritual ini, serta
kultus-kultus leluhur yang disajikan dalam proses ritual ukuwala mahiate. Pada
tataran ritual konstitutif ini, ditemukan hal-hal yang gaib, ketika Imam Tuny
bermunajah dan berdo'a kepada Allah Swt untuk mendapat pertolongan untuk
menyambung tiang masjid yang patah atau retak tersebut. Maka dengan kebesaran
Allah Swt lewat minyak Mamala / nyuwelai matehu / minyak tasalah dengan
kekuatan mistiknya maka kayu tersebut tersambung kembali.
"Pada tataran ritual konstitutif ini, ditemukan hal-hal yang gaib, ketika Imam Tuny bermunajah dan berdo'a kepada Allah Swt untuk mendapat pertolongan untuk menyambung tiang masjid yang patah atau retak tersebut. Maka dengan kebesaran Allah Swt lewat minyak Mamala (nyuwelai matehu/ minyak tasalah) dengan kekuatan mistiknya maka kayu tersebut tersambung kembali."
Sehubungan dengan itu
masyarakat negeri Mamala mengekspresikan sebuah kemenangan setelah melaksanakan
puasa di bulan Ramadhan dan dilanjutkan dengan puasa sunnah Syawal kemudian
puncaknya dilaksanakan upacara ukuwala mahiate / pukul sapu. Sebuah kearifan
lokal yang dimiliki oleh masyarakat negeri Mamala dengan memadukan pemahaman
dan pengamalan ajaran agama dengan muatan kebudayaan lokal. Tiga moment
serangkai yang tidak bisa dipisahkan yakni pelaksanaan ibadah puasa Ramadhan,
puasa sunnah di bulan Syawal, dan upacara ritual ukuwala mahiate. Terkait
dengan ini dalam buku M. Natsir H.A.R. Gibb mengatakan bahwa Islam is indeed
much more than a system of theologi, it is a complete civilization (Islam
sesungguhnya lebih dari sekedar sebuah agama, ia adalah sualu peradaban yang
sempurna ).
Dalam upacara ukuwala mahiat / pukul sapu terdapat makna-makna kearifan
budaya lokal yang terlahir dari interpretasi konteks sejarah keagamaan yang
dialami oleh komunitas masyarakat negeri Mamala untuk dipentaskan dalam sebuah
tradisi adat yang sangat kuat yang diwariskan dari budaya leluhur mereka dan
diteruskan untuk generasi berikutnya sampai sekarang Masyarakat negeri Mamala di Kecamatan Leihitu (pulau Ambon) Kabupaten Maluku Tengah
mempunyai.satu adat berupa upacara ritual ukuwala mahiate. Upacara ritual ini
dilaksanakan setiap tahun sebagai bagian dari kegiatan keagamaan. Upacara
ritual ini lebih dikenal oleh masyarakat kota Ambon dengan Pukul Sapu. Upacara
ritual ini menarik untuk di kaji baik dari berbagai sudut pandang. Olehnya itu
buku ini akan meninjau upacara ritual ukuwala mahiate tersebut dari sudut pandangan
teologi dan antropologi agama. Topik utama adalah Pelaksanaan Upacara Ritual
Ukuwala Mahiate disertai simbol-simbol yang digunakan serta makna simboi-simbol
tersebut.
Olehnya itu buku ini akan
meninjau upacara ritual ukuwala mahiate tersebut dari sudut pandangan teologi
dan antropologi agama. Topik utama adalah Pelaksanaan Upacara Ritual Ukuwala
Mahiate disertai simbol-simbol yang digunakan serta makna simboi-simbol
tersebut.
Untuk kajian lebih lanjut,
bukunya dapat diperoleh di toko-toko buku seluruh Indonesia.
Casino Slots Reviews & Ratings - Mapyro
ReplyDeleteCasino Slots is a game played by 4 players. 양산 출장안마 It is the first 인천광역 출장마사지 casino slot game to 거제 출장마사지 be designed by a team and distributed with a 김포 출장안마 large number of 이천 출장안마